Nabi Muhammmad adalah Rasulullah (utusan Allah), Nabi terakhir, penerima kitab Al-Quran, dan Nabi pemberi syafaat di yaumul akhir. Sebagai umatnya, kita harus meyakini adanya Nabi Muhammmad dan meneladani akhlak-akhlak beliau. Tidak hanya itu, kita juga harus tahu sejarah beliau.
Ada banyak kisah Rasulullah yang kita tidak ketahui.Maka dari itu ayo baca sedikit kisah Rasulullah untuk menambah wawasan dan keyakinan kita pada Rasulullah.
RASULULLAH DAN PENGEMIS YAHUDI BUTA
Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata ”Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya”. Setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad.
Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Beliau SAW wafat. Setelah kewafatan Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.
Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, ”anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan”, Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, ”Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja”. ”Apakah Itu?”, tanya Abubakar r.a. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana”, kata Aisyah r.ha.
Keesokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abubakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya. Ketika Abubakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, ”siapakah kamu ?”. Abubakar r.a menjawab, ”aku orang yang biasa”. ”Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku”, jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri”, pengemis itu melanjutkan perkataannya.
Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a.
RASULULLAH DENGAN SELEMBAR TIKAR
Pada suatu waktu Rasulullah saw. sedang tidur-tiduran di rumahnya melepas rasa lelah. Dia berbaring di atas tikar yang terbuat dari daun-daun tamar yang dianyam. Tiba-tiba seorang sahabatnya yang bernama Ibnu Mas’ud datang berkunjung. Oleh karena Rasulullah saw waktu itu tidak memakai baju, maka terlihat jelas oleh Ibnu Mas’ud bekas anyaman tikar melekat pada punggung Rasulullah. Melihat peristiwa itu Ibnu Mas’ud amat sedih, dan bendungan air matanya pun pecah berserakan. Sungguh-sungguh tidaklah pantas rasanya seorang Rasul kekasih Allah swt., seorang kepala negara dan seorang panglima tertinggi berhal seperti demikian. Dengan terharu Ibnu Mas’ud berkata : “Ya, Rasulullah! Bolehkah saya membawakan sebuah kasur kemari untuk tuan?” Mendengar ini Rasulullah saw. bersabda : “Apalah artinya kesenangan hidup di dunia ini bagiku. Perumpamaan hidup di dunia ini bagiku tidak ubahnya seperti seorang musafir dalam perjalanan jauh yang singgah berteduh dibawah pohon kayu yang rindang untuk melepaskan rasa lelah. Kemudian dia harus berangkat meninggalkan tempat itu untuk meneruskan perjalanan yang sangat jauh tidak berujung.”
ABU AYYUB PINJAMKAN RUMAH PADA RASULULLAH
Seperti yang sudah kita ketahui, kebencian kaum Quraish terhadap Nabi Muhammad SAW dan kegiatannya dalam menyebarkan Islam memaksa Rasulullah untuk hijrah dari Makkah ke sebelah utara Saudi Arabia, Madinah. Dalam hijrahnya, Rasulullah memerlukan waktu cukup lama di perjalanan sembari menunggu Masjid Nabawi dibangun.
Sepanjang perjalanan menuju Madinah, Rasulullah singgah di beberapa tempat. Salah satunya adalah rumah dari sahabat Nabi yang bernama Abu Ayyub Al Anshari.
Abu Ayyub Al Anshari bernama asli Khalid Ibn Zayd Kulayb merupakan pemuda asal Madinah yang namanya dikenal sebagai salah satu pahlawan pembebas Konstantinopel (Turki). Abu Ayyub meninggal dalam keadaan syahid dan dimakamkan di Konstantinopel, Turki.
Selama hidupnya, Abu Ayyub selalu setia berdiri di barisan depan prajurit Rasulullah. Rumahnya sempat menjadi tempat tinggal Rasul selama beberapa bulan dalam hijrahnya ke Madinah. Dalam buku 'Sejarah Islam' dan 'Ketika Bulan Terbelah' diceritakan jika bukanlah hal sepele bagi sahabat memberikan pinjaman tempat tinggal pada Rasul.
Rumah Abu Ayyub kala itu bertingkat dua. Ketika Rasulullah menetapkan untuk berdiam di kediaman Abu Ayyub, dia menawarkan Rasul untuk menghuni lantai teratas rumah dan biarlah dirinya bersama istri yang mendiami lantai paling bawah.
Namun, dengan bijak Rasulullah tidak mengindahkan permintaan Abu Ayyub. Rasulullah berpikir, akan banyak sekali orang dan sahabat yang nantinya bertemu dengan Rasul dan Rasul khawatir jika nantinya hal itu akan menganggu kenyamanan Abu serta istri di rumah sendiri. Maka, Rasulullahpun menghuni lantai bawah rumah dan sebaliknya sahabat Rasul tersebut menghuni lantai atas rumah.
Setiap hari, Abu Ayyub dan istri akan mengantarkan makanan untuk Rasulullah sebanyak dua kali. Makanan yang tak termakan oleh Rasulullah nantinya dibagi oleh Abu Ayyub dan istri. Mereka juga sering melihat-lihat bekas tangan Rasul di makanan tersebut lalu menyentuhnya berharap mereka juga akan mendapatkan berkah dan rahmat Allah SWT.
Tetapi ada satu hal yang mengganggu hati dan pikiran Abu Ayyub, hingga suatu malam Ayyub dan istri tidak bisa tidur dan harus melewati malam duduk di sudut ruangan. Keesokan paginya, Ayyub turun menghampiri Rasulullah dan berkata ”Wahai Nabi utusan Allah, kami tidak bisa tidur di malam hari dan melewati malam duduk di sudut ruangan dengan hati gelisah.”
Rasulullah bertanya apa sebabnya. Ayyub menjawab, ”Kami merasa sudah melakukan hal tidak hormat kepadamu sampai tadi malam kegelisahan tersebut memuncak.”
Ayyub melanjutkan, ”Wahai Nabi utusan Allah, dapatkah sekiranya engkau bertukar tempat dengan kami. Kami adalah budakmu dan selamanya harus berada di bawah kakimu.”
Seketika Rasulullah mengindahkan keinginan Ayyub dan istri dan menghabiskan malam-malam ke depannya di lantai atas kediaman Abu Ayyub al Anshari.
KISAH HUMOR RASULULLAH SAW
Suatu hari ada seorang nenek yang bertanya sama Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, apa aku bisa masuk surga?”
Nabi Muhammad SAW menjawab, “Di surga tidak ada orang tua.”
Mendengar jawaban itu, si nenek tentu saja terpukul dan sangat sedih. Namun kekecewaannya tidak berlangsung lama. Rasulullah SAW kembali berkata, “Di surga yang tinggal hanya mereka yang muda. Orang yang sudah tua di dunia akan kembali jadi muda saat berada di surga.”
Para ahli hadits, menilai humor Rasulullah SAW ini, selain melahirkan senyum, juga membawa kabar gembira. Terutama bagi kalangan lansia. Dimaksudkan agar para lansia terus meningkatkan keimanan dan amalnya kepada Allah SWT.
Di lain waktu, Rasulullah SAW juga bercanda dengan sahabatnya, Anas bin Malik. Beliau memanggil Anas dengan panggilan, “Wahai Pemilik Dua Telinga!”
Tentu saja ini humor yang benar dan tidak keluar jalur. Anas bin Malik pasti memiliki dua telinga, bukan empat telinga.
Humor dan cara bercanda Rasulullah SAW tidak pernah lepas kontrol. Apa yang dilakukannya, tidak pernah melanggar kesopanan dan tidak ada mudaratnya.
KISAH KEBIJAKSANAAN RASULULLAH SAW
Pada saat pasukan Muslim beserta dengan Rasulullah dan pada sahabatnya datang untuk menaklukkan kota suci Makkah. Orang-orang musyrik dan kaum Quraisy sangat ketakutan, sehingga tidak ada satu orang pun yang berani memperlihatkan batang hidungnya untuk melawan pasukan muslim yang langsung dipimpin oleh Rasulullah. Diantara sekian banyak orang musyrik dan kaum Quraisy yang paling terpukul adalah Abu Sufyan, dia adalah pemimpin kaum kafir dan bangsawan terhormat. Ia bisanya disanjung oleh rakyatnya. Namun saat peristiwa itu terjadi ia tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak berani keluar dari rumahnya.
Namun atas kejadian itu Nabi Muhammad S.A.W sangatlah bijaksana, saat Beliau hendak melangkahkan kakinya ke Masjidil Haram untuk meruntuhkan berhala-berhala dika’bah, Beliau berseru kepada penduduk Makkah “Barang siap yang masuk kedalam Masjidil Haram dan rumah Abu Sufyan, maka akan dilindungi” Mendengar seruan Nabi Muhammad S.A.W itu betapa bangganya Abu Sufyan mendengarnya karena rumahnya disamakan dengan Masjidil Haram. Sekarang ia sudah tidak perlu lagi kehilangan muka dihadapan rakyat-rakyatnya. Karena ia merasa bahwa rumahnya disamakan dengan Masjidil Haram, tempat yang dihormatinya. Dan akibatnya seketika itu juga putra Abu Sufyan yang bernama Mu’awiyah masuk agama Islam. Namun Abu Sufyan dan Istrinya masih belum mau menerima Islam, mereka masih minta waktu seminggu untuk berfikir dulu, sedangkan semua penduduk Quraisy sudah berbondong-bondong masuk ke Agama Islam. Ketika mendengar Abu Sufyan berkata demikian Maka Rasulullahpun menjawab. “Jangan seminggu!” “Apa kah waktu seminggu itu terlalu lama?” tanya Abu Sufyan dengan terkejut. “Tidak waktu satu minggu itu terlalu cepat untukmu, jadi sekarang kuberi waktu dua bulan untuk berfikir secara leluasa, apakan kamu akan bersahadat atau tidak. Sebab agama Islam adalah agamanya orang-orang yang berfikir dan berakal. Tidak ada agama bagi orang-orang yang tidak memiliki akal”. Jawab Rasulullah panjang lebar.
Demikian kisah Kebijakan Rasulullah S.A.W dalam menyikapi suatu persoalan, walaupun posisinya sudah diatas dan berkuasa, namun beliau selau bersikap bijaksana dan adil dalam memutuskan setiap tindakannya, semoga kita dapat mengambil hikah dan intisari dari kisah diatas.
KISAH NABI MUHAMMAD MENGAJARKAN KITA KELUAR DARI KEMISKINAN
Pada suatu hari seorang lelaki Ansar datang kepada Nabi Muhammad SAW meminta bantuan.
Baginda pun bertanya, “Apakah kamu mempunyai sesuatu di rumah?”
Lelaki Ansar menjawab, “Ya ada. Yaitu pakaian kasar yang dapat mengalas punggung unta. Sehelai kami pakai dan ada yang sehelai dihamparkan. Dan juga bekas minum.”
Rasulullah SAW pun terus berkata, “Bawa kedua-duanya kepada aku.”
Maka lelaki Ansar itu tadi pun membawa kedua-duanya kepada Rasulullah saw lantas Baginda mengambilnya lantas berkata kepada orang ramai, “Siapa yang mahu membeli dua barang ini?”
Seorang lelaki menjawab, “Aku akan membelinya dengan 1 dirham,”
Rasulullah pun berkata dan mengulanginya 2, 3 kali, “Siapa yang mahu menawarkan 2 dirham?”
Seseorang pun menjawab, “Saya mahu membelinya dengan 2 dirham,”
Rasulullah pun mengambil 2 dirham tersebut dan diberikan kepada lelaki Ansar tadi lalu berkata, “Belilah makanan 1 dirham untuk keluargamu dan 1 dirham lagi gunakan untuk membeli (mata) kapak dan bawa kepadaku.”
Lelaki Ansar tadi pun melaksanakan arahan Rasulullah saw dan memberikan (mata) kapak tersebut kepada Baginda.
Rasulullah saw memasangkannya dengan kayu lalu berkata, “Nah (kapak) dan pergi mencari kayu. Aku tak mahu melihat kamu di sini selama 15 hari ini.”
Lelaki Ansar itu pun beredar, mencari kayu dan menjualnya. Selepas 15 hari lelaki Ansar itu datang kepada Rasulullah bersama 15 dirham.
Rasulullah pun berkata, “Beli makanan dan bakinya beli pakaian.Sesungguhnya ini adalah lebih baik dari dari kamu datang meminta-minta kerena perbuatan meminta-minta itu akan merusakkan wajah kamu pada hari Akhirat. Sesungguhnya meminta-minta itu hanya untuk yang sangat miskin.
KELUHURAN BUDI PEKERTI NABI MUHAMMAD
Suatu hari Baginda Nabi sedang duduk-duduk dengan para sahabatnya menunggu saat shalat tiba. Sahabatnya yang baru saja pulang dari pesta makan daging. Maka terciumlah bau yang kurang sedap dalam majelis itu. Rasulullah menyadari bahwa bau-bauan itu disebabkan oleh uap napas seseorang akibat makan daging yg berlebihan. Rasulullah juga menyadari bahwa orang yang bersangkutan ada dalam kedudukan sulit sekali. Mereka tentulah sudah berwudhu semua. Karena sebentar lagi akan shalat berjamaah. Kalau orang yang berbau kurang sedap itu beranjak seorang diri pergi berwudhu’, ketahuanlah dia sumber bau kurang sedap itu. Tentu dia bisa jadi malu dan gelisah. Beliau menginginkan pelaku yang sebenarnya merasakan pahit getir kesalahannya itu, tanpa diketahui oleh banyak orang.
Rasulullah saw. melepaskan pandangannya kepada semua yang hadir, seraya memerintahkan : “Siapa yang makan daging tadi hendaknya berwudhu!” Semuanya telah memakan daging ya, Rasulullah!, jawab para sahabat. Lalu beliau bersabda : “Kalau begitu, berwudhulah kalian semua.”
Mereka bangkit semua pergi berwudhu. Termasuk orang yang merupakan sumber datangnya bau kurang sedap itu. Orang ini telah diselamatkan air mukanya dari rasa malu, berkat kecerdikan dan kelambutan Rasulullah saw.
TANGISAN RASULULLAH MENGGONCANGKAN ARSY
Dikisahkan, pada waktu Rasulullah s.a.w. sedang bertawaf di Ka’bah, beliau mendengar seseorang di hadapannya bertawaf, sambil berzikir: “Ya Karim! Ya Karim!”
Rasulullah s.a.w. menirunya membaca “Ya Karim! Ya Karim!” Orang itu Ialu berhenti di salah satu sudut Ka’bah, dan berzikir lagi: “Ya Karim! Ya Karim!” Rasulullah s.a.w. yang berada di belakangnya mengikut zikirnya “Ya Karim! Ya Karim!” Merasa seperti diolok-olokkan, orang itu menoleh ke belakang dan yang terlihat olehnya seorang laki-laki yang gagah, lagi tampan yang belum pernah dikenalinya. Orang itu Ialu berkata:
“Wahai orang tampan! Apakah engkau memang sengaja memperolok-olokkanku, karena aku ini adalah orang Arab badui? Kalau bukan karena ketampananmu dan kegagahanmu, pasti engkau akan aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”
Mendengar kata-kata orang badui itu, Rasulullah s.a.w. tersenyum, lalu bertanya: “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?” “Belum,” jawab orang itu. “Jadi bagaimana kau beriman kepadanya?”
“Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan membenarkan sabdanya, sekalipun saya belum pernah bertemu dengannya,” kata orang Arab badui itu pula.
Rasulullah s.a.w. pun berkata kepadanya: “Wahai orang Arab! Ketahuilah aku ini Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat!” Melihat Nabi di hadapannya, dia tercengang, seperti tidak percaya.
“Tuan ini Nabi Muhammad?!” “Ya” jawab Nabi s.a.w. Dia segera tunduk untuk mencium kedua kaki Rasulullah s.a.w. Melihat hal itu, Rasulullah s.a.w. menarik tubuh orang Arab itu, seraya berkata kepadanya:
“Wahal orang Arab! janganlah berbuat seperti itu. Perbuatan seperti itu balasannya dilakukan oleh hamba sahaya kepada juragannya, Ketahuilah, Allah mengutusku bukan untuk menjadi seorang yang takabbur yang meminta dihormati, atau diagungkan, tetapi demi membawa berita gembira bagi orang yang beriman, dan membawa berita menakutkan bagi yang mengingkarinya.”
Ketika itulah, Malaikat Jibril a.s. turun membawa berita dari langit dia berkata: “Ya Muhammad! Tuhan As-Salam mengucapkan salam kepadamu dan bersabda: “Katakanlah kepada orang Arab itu, agar dia tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahwa Allah akan menghisabnya di hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar!” Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi. Maka orang Arab itu pula berkata:
“Demi keagungan serta kemuliaan Tuhan, jika Tuhan akan membuat perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan dengannya!” kata orang Arab badui itu. “Apakah yang akan engkau perhitungkan dengan Tuhan?” Rasulullah bertanya kepadanya. ‘Jika Tuhan akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa besar maghfirahnya,’ jawab orang itu. ‘Jika Dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa luas pengampunan-Nya. Jika Dia memperhitungkan kekikiran hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa kedermawanannya!’
Mendengar ucapan orang Arab badui itu, maka Rasulullah s.a.w. pun menangis mengingat betapa benarnya kata-kata orang Arab badui itu, air mata beliau meleleh membasahi Janggutnya. Lantaran itu Malaikat Jibril turun kembali seraya berkata:
“Ya Muhammad! Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu, dan bersabda: Berhentilah engkau menangis! Sesungguhnya karena tangismu, penjaga Arsy lupa dengan bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga Ia bergoncang. Katakan kepada temanmu itu, bahwa Allah tidak akan menghisab dirinya, juga tidak akan memperhitungkan kemaksiatannya. Allah sudah rnengampuni semua kesalahannya dan la akan menjadi temanmu di syurga nanti!” Betapa sukanya orang Arab badui itu, ketika mendengar berita tersebut. la Ialu menangis karena tidak berdaya menahan keharuan dirinya.
KISAH NABI MUHAMMAD SAW DENGAN ORANG YAHUDI
Utbah bin Abi Mu`id (kafir Quraisy ) membawa sekantung kotoran unta yang telah tersimpan selama tiga hari tiga malam lalu mengangkatnya tepat di atas kepala Nabi SAW dan merobeknya sehingga mengotori kepala dan wajah Nabi SAW.
Suatu ketika orang-orang kafir Quraisy menyewa seorang Yahudi untuk menyakiti Nabi. Di lorong yang biasa di lewati Nabi SAW untuk menuju Ka`bah, orang Yahudi itu berdiri untuk menunggu Nabi SAW. Di saat Nabi lewat, dia memanggil Nabi.
Beliau pun menengok, karena beliau tidak pernah mengecewakan siapa pun yang memanggilnya. Di saat itulah Yahudi tadi meludahi wajah Rasulullah SAW.
Nabi tidak sedikit pun marah atau menghardik Yahudi itu.
Keesokan harinya, Nabi kembali berjalan di tempat yang sama. Tidak sedikit pun beliau merasa dendam atau berusaha untuk menjauhi jalan tersebut. Sesampainya di tempat yang sama, Nabi pun kembali dipanggil dan diludahi seperti sebelumnya.
Demikianlah kejadian itu terus berulang selama beberapa hari hingga pada suatu hari Nabi tidak mendapati lagi orang yang meludahinya selama itu. Nabi pun bertanya dalam hatinya, “Ke mana gerangan orang yang selalu meludahiku?”
Setelah menanyakannya, tahulah Nabi bahwa orang tersebut jatuh sakit.
Nabi pun pulang ke rumah untuk mengambil makanan yang ada dan tak lupa pula mampir ke pasar, membeli buah-buahan, untuk menjenguk Yahudi yang tengah sakit itu.
Sesampainya di rumah si Yahudi, Nabi mengetuk pintu.
Dari dalam rumah, terdengar suara lirih Yahudi yang tengah sakit mendekati pintu sembari bertanya, “Siapa yang datang?”
“Saya, Muhammad,” jawab Nabi SAW.
“Muhammad siapa?” terdengar suara Yahudi itu kembali bertanya.
“Muhammad Rasulullah,” jawab Nabi lagi.
Setelah pintu dibuka, alangkah terkejutnya si Yahudi, menyaksikan sosok yang datang adalah orang yang selama itu disakitinya dan diludahi wajahnya.
“Untuk apa engkau datang kemari?” tanya Yahudi itu lagi.
“Aku datang untuk menjengukmu, wahai saudaraku, karena aku mendengar engkau jatuh sakit,” jawab Nabi SAW dengan suara yang lembut.
“Wahai Muhammad, ketahuilah bahwa sejak aku jatuh sakit, belum ada seorang pun datang menjengukku, bahkan Abu Jahal sekalipun, yang telah menyewaku untuk menyakitimu, padahal aku telah beberapa kali mengutus orang kepadanya agar ia segera datang memberikan sesuatu kepadaku. Namun engkau, yang telah aku sakiti selama ini dan aku ludahi berkali-kali, justru engkau yang pertama kali datang menjengukku,” kata Yahudi itu dengan nada terharu.
Keagungan akhlaq Nabi SAW telah meluluhkan hatinya. Ia pun memeluk Nabi dan menyatakan dirinya masuk Islam.
KISAH RASULALLAH DI LUDAHI WANITA TUA
Rasulullah Muhammad SAW sering mendapat hinaan dari orang-orang yang belum mau memeluk Islam. Berbagai bentuk hinaan diterima Rasulullah, mulai dari perkataan sampai tindakan, seperti diludahi.
Tetapi, Rasulullah menanggapi berbagai hinaan tanpa pernah sekalipun dengan marah. Beliau bahkan menganggap hinaan itu sebagai hiburan.
Ada seorang wanita tua yang sangat berani mencerca Rasulullah. Setiap kali Rasulullah lewat depan rumahnya, wanita tua itu selalu meludahkan air liurnya di hadapan Rasulullah.
Suatu hari, Rasulullah tidak mendapati wanita tua itu meludah saat lewat di depan rumahnya. Hal itu membuat Rasulullah keheranan.
Akhirnya, Rasulullah bertanya kepada seseorang, ”Hai fulan, tahukah kamu, di mana wanita pemilik rumah ini, yang selalu meludahiku setiap aku lewat depan rumahnya?”
Orang itu menjawab dengan acuh, ”Apa kau tidak tahu bahwa perempuan itu sudah beberapa hari terbaring sakit?”
Mendengar jawaban itu, Rasulullah mengangguk-anggukkan kepala dan melanjutkan perjalanan menuju masjid. Setelah selesai, Rasulullah memutuskan untuk menjenguk wanita tua itu.
Mengetahui Rasulullah menjenguknya, wanita tua itu kemudian meneteskan air mata. Dia kemudian bertanya mengapa Rasulullah mau menjenguknya.
”Wahai Muhammad, mengapa engkau menjengukku, padahal aku selalu meludahimu setiap hari?” tanya wanita tua itu.
Rasulullah kemudian menjawab, ”Aku yakin, engkau meludahiku karena belum tahu tentang kebenaranku. Jika engkau sudah mengetahuinya, aku yakin engkau tak akan lagi melakukannya.”
Jawaban Rasulullah membuat dada wanita tua itu sesak dan sedikit kesulitan bernapas. Si wanita kemudian mencoba mengatur napas dan menenangkan diri.
Setelah dalam keadaan tenang, wanita tua itu kemudian berbicara, ”Wahai Muhammad, mulai saat ini aku bersaksi mengikuti agamamu.” Wanita tua itu kemudian mengucapkan kalimat syahadat di hadapan Rasulullah.
KISAH RASULALLAH TERKENA TAMPARAN ORANG BADUI
Rasulullah Muhammad SAW merupakan pribadi yang paling utama di antara sekian banyak umat manusia. Dia memiliki kesabaran yang luar biasa.
Pernah Rasulullah mendapat sebuah tamparan dari seorang Badui. Ini karena dia memutuskan tali penarik timba air, yang menyebabkan timba itu terhanyut ke dalam sumur.
Kisah ini terjadi ketika Rasulullah berada di rumah putrinya, Fatimah. Kala itu, seluruh penghuni rumah yaitu Fatimah, dua cucu Rasulullah, Hasan dan Husain, serta Rasulullah sendiri merasa sangat lapar.
Tetapi, tidak ada satupun makanan yang bisa dikonsumsi. Rasulullah pun mengikatkan sebuah batu kecil untuk mengganjal perutnya yang sedang menahan lapar.
Namun, Rasulullah tidak tega melihat kedua cucunya yang juga kelaparan. Dia akhirnya keluar dari rumah itu dan mengeluh, ”Aduh kasihan, Hasan dan Husain sangat lapar!”
Rasulullah kemudian berniat untuk mencari rezeki agar kedua cucunya dan putrinya tidak lagi kelaparan. Di tengah jalan, dia melihat seorang Badui sedang menimba air.
Rasulullah segera menghampiri seorang Badui itu. ”Hai, Badui. Adakah pekerjaan yang bisa aku lakukan untukmu?” tanya Rasulullah kepada Badui itu.
”Iya,” Badui menjawab.
”Apa pekerjaan itu?” tanya Rasulullah lagi.
”Menimbakan air di sumur ini,” kata Badui itu.
Rasulullah kemudian mengerjakan pekerjaan itu, dan mendapat upah berupa tiga butir kurma. Rasulullah memakan buah kurma itu dan melanjutkan pekerjaan.
Rasulullah pun berhasil menimba sebanyak delapan kali. Tetapi, saat kesembilan kalinya, tali timba terputus dan timba itu terjatuh ke dalam sumur.
Rasulullah berhenti sejenak dan merasa kebingunan. Melihat hal itu, si Badui itu menghampiri, memarahi kemudian menampar Rasulullah, dan membayar apa yang sudah dikerjakan Rasulullah sesuai dengan upah yang ditentukan, yakni 24 butir kurma.
Rasulullah menerima upah itu tanpa terlihat wajah marah sama sekali. Kemudian Rasulullah turun ke dalam sumur untuk mengambil timba dan diserahkan kepada Badui itu.
Si Badui kemudian meninggalkan Rasulullah, kemudian Rasulullah pulang ke rumah Fatimah. Di tengah perjalanan, si Badui itu tertegun, ”Jangan-jangan yang aku tampar tadi Muhammad.”
Si Badui itu kemudian memotong tangan yang tadinya dipakai untuk menampar Rasulullah. Darah bercucuran dari lengannya hingga dia pingsan.
Beberapa Musafir melihat si Badui itu kemudian mencoba membuat si Badui tersadar dengan terus menyiramkan air. Si Badui itu siuman.
”Musibah apa yang menimpamu?” tanya salah satu Musafir. ”Saya telah menampar seseorang yang saya kira adalah Muhammad. Makanya saya potong tangan saya karena takut mendapat musibah,” kata si Badui.
Badui itu kemudian menuju masjid untuk mencari Rasulullah. Tetapi, dia tidak menemukan Rasulullah di masjid itu.
Dia kemudian menuju rumah Fatimah dan berteriak-teriak memanggil Rasulullah. Saat itu, Rasulullah sedang mendudukkan kedua cucunya di atas kedua pahanya sambil menyuapkan kurma kepada Hasan dan Husain.
Mendengar teriakan itu, Rasulullah menyuruh Fatimah untuk melihat siapakah dia. Fatimah kemudian melihat keluar dan terkaget karena mendapati Badui yang terpotong tangannya.
Dia segera menghadap Rasulullah dan menyampaikan ada Badui yang tangannya terpotong. Mendengar perkataan Fatimah, Rasulullah segera beranjak dari tempat duduk dan menemui si Badui itu.
Melihat Rasulullah, si Badui itu kemudian meminta maaf. ”Maafkan saya Muhammad. Saya tidak mengenalmu,” kata Badui itu.
”Mengapa tanganmu terpotong?” tanya Rasulullah penuh keheranan.
”Tidak akan kekal tanganku yang telah menamparmu,” jawab si Badui.
”Masuklah Islam, supaya kau selamat,” kata Rasulullah menganjurkan.
Badui itu masih belum yakin kepada Rasulullah. ”Hai, Muhammad. Jika kau memang benar Nabi, perbaikilah tanganku!” kata si Badui.
Rasulullah kemudian menempatkan telapak tangan yang terpotong itu ke lengan asalnya dan mengusap tangan itu. Akhirnya, tangan tersebut kembali tersambung dan orang Badui itu masuk Islam.
NABI MUHAMMAD DAN NENEK PEMBENCI RASULULLAH
Dikisahkan bahwa ada seorang wanita tua yang sedang melintasi gurun pasir dengan membawa beban barang bawaannya yang cukup berat. Wanita tua itu tampaknya sangat kepayahan, namun demikian dia tetap berusaha untuk membawa barang bawaannya dengan sekuat tenaga.
Tidak lama kemudian tampak dari kejauhan, seorang laki-laki muda dengan wajah yang sangat tampan datang menemui wanita tua itu. Laki-laki itu menawarkan diri kepada wanita tua tersebut untuk membantu membawa barang bawaannya dan wanita tua yang sedang kepayahan itu menerima tawaran tersebut dengan segala senang hati. Kemudian laki-laki itu pun mengangkat dan membawa barang bawaan wanita tua itu, lalu mereka berjalan beriringan.
Dalam perjalanan, wanita tua ini banyak bicara dan ternyata dia adalah seorang wanita yang senang berbicara.
“ Anak muda, senang sekali kamu mau membantu dan menemani saya dan saya sangat menghargainya ”, kata wanita itu.
Laki-laki itu hanya tersenyum mendengar ucapan wanita tua itu dan kemudian wanita tua itu berkata lagi : “ Anak muda, selama kita berjalan bersama, saya hanya punya satu permintaan untuk kamu. Janganlah kamu sekali-kali berbicara apapun tentang Muhammad, karena gara-gara dia, tidak ada lagi rasa damai dan saya merasa sangat terganggu dengan pemikirannya. Jadi sekali lagi saya minta kepada kamu, jangan berbicara apapun tentang Muhammad ”.
Laki-laki itu kembali tersenyum dan dengan sabar dia terus mendengarkan perkataan wanita tua itu. Wanita tua itu lalu melanjutkan perkataannya lagi :
“ Muhammad itu benar-benar membuat saya kesal. Saya selalu mendengar nama dan reputasinya kemanapun saya pergi. Dia dikenal berasal dari keluarga dan suku yang terpercaya, akan tetapi tiba-tiba dia memecah belah orang-orang dengan mengatakan bahwa Tuhan itu satu ”.
“ Dia menjerumuskan orang yang lemah, orang miskin dan budak-budak. Orang-orang itu berpikir mereka akan dapat menemukan kekayaan dan kebebasan dengan mengikuti jalannya. Dia merusak anak-anak muda dengan memutarbalikkan kebenaran. Dia meyakinkan mereka bahwa mereka kuat dan bahwa ada suatu tujuan yang bisa diraih. Jadi anak muda, jangan sekali-kali kamu berbicara tentang Muhammad”, kata wanita tua itu lagi dengan nada yang kesal.
Tidak lama kemudian setelah mereka berjalan, sampailah mereka di tempat tujuan. Laki-laki itu lalu menurunkan barang bawaannya dan wanita tua tersebut menatap laki-laki itu dengan senyumannya sambil berkata : “ Terima kasih banyak, anak muda. Kamu sangat baik. Kemurahan hati dan senyuman kamu itu sangat jarang saya temukan. Biarkan saya memberi satu nasihat untuk kamu, jauhi Muhammad!. Jangan pernah memikirkan kata-katanya atau mengikuti jalannya. Kalau kamu lakukan itu, maka kamu tidak akan pernah mendapatkan ketenangan. Yang ada hanya masalah.”
Laki-laki itu masih saja tersenyum ketika mendengarkan ucapan dan nasehat dari wanita tua itu. Kemudian laki-laki itu mohon diri untuk meninggalkan wanita tua itu, namun pada saat laki-laki itu berbalik menjauh, wanita itu menghentikannya : “ Maaf, sebelum kita berpisah, bolehkah saya tahu siapa namamu, anak muda?”.
Laki-laki itu kembali tersenyum kemudian dengan lembut memberitahukan namanya dan ternyata wanita itu sangat terkejut ketika laki-laki itu menyebutkan namanya.
“ Maaf, apa yang kamu bilang tadi? Kata-kata kamu tidak terdengar jelas. Telinga saya semakin tua dan terkadang saya tidak bisa mendengar dengan baik. Kelihatannya ada yang lucu, karena saya pikir tadi saya mendengar kamu mengucapkan Muhammad ”.
“ Iya, Saya Muhammad ”, laki-laki itu mengulang kata-katanya lagi kepada wanita tua itu. Wanita tua itu terpaku memandangi Rasulullah SAW dan tidak lama kemudian tiba-tiba meluncur kata-kata dari mulutnya :
“ Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan-Nya “.
KISAH ANAK KECIL DI HARI RAYA
Suatu ketika di Hari Raya, Sewaktu Rasulullah hendak pergi ke masjid, Baginda mendapati seorang anak yang masih kecil sedang menangis di sebuah sudut jalan. Rasulullah yang sangat berhati lembut dan penyayang kemudian mendatangi anak kecil tersebut, lalu bertanya kepadanya : ”Wahai anak, hari ini semua orang sedang bergembira dengan datangnya Hari Raya Idul Fitri, tetapi kamu terlihat menangis seorang diri disini, apa yang terjadi?”
Anak kecil itu menjawab: Aku sedih, teman-temanku semua bergembira dengan ibu dan ayah mereka, mereka memakai baju baru dan perhiasan baru, sedangkan orang tuaku telah bercerai, ibuku menikah dengan orang lain, ayah tiriku tidak peduli denganku. Dan aku tidak mungkin dapat membeli baju baru.
Rasulullah kemudian tersenyum haru, lantas memeluk anak kecil tersebut dengan penuh kasih, bagaikan anak Baginda sendiri. Setelah itu Rasulullah berkata padanya : Wahai anak kecil yang dikasihi Allah, maukah jika engkau menjadi anakku, aku menjadi ayahmu, dan Aisyah menjadi ibumu?.
Dengan terharu dan senyum yang tidak dapat terlukisakan, anak itu kemudian memeluk Rasulullah dengan erat, air matanya mengalir karena merasakan kebaikan dan kasih sayang Rasulullah kepada dirinya.
Rasulullah kemudian menggendong anak kecil itu dan membawa ke rumah, kemudian menyerahkannya kepada Sayidatina Aisyah untuk dimandikan. Maka beberapa saat kemudian, si anak kecil yang sebelumnya dekil, kotor, bau dan berantakan itu berubah menjadi bagaikan bidadari kecil yang harum dan cantik.
Begitulah kasih sayang Baginda Rasulullah SAW, sanggup mengasihi dan menghibur orang lain demi kebahagiannya. Baginda sangat sayang terutama kepada anak-anak yang masih belum ada dosa. Marilah kita berusaha meneladani akhlak Rasulullah yang sungguh agung, yaitu salah satunya dengan berkasih sayang sesama manusia.
SAAT MAKAN BERSAMA
Suatu hari beliau duduk bersama para sahabat untuk makan, kemudian datang seseorang dengan bergegas dan ingin makan bersama mereka, ia tidak mengucap Bismillah dan langsung mengulurkan tangannya ke makanan itu, dan disaat itu para sahabat ada namun mereka tidak melihat sesuatu, namun nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memegang tangan lelaki itu,
maka lelaki itu berkata: “wahai Rasulullah, mengapa engkau menahan tanganku, lepaskanlah”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “sungguh tangan syaitan telah mengulurkan tangannya bersama tangan saudaramu ini, untuk mengmabil keberkahan dari makanan kita”, dan aku memegang tangan syaitan yang terulur bersama tangannya”, kemudian beliau berkata kepada lelaki itu : “ucapkanlah bismillah”, maka ia pun berkata : “bismillah”,
maka Rasulullah melepas tangannya dan berkata: “sekarang makanlah”. Oleh karena itu jika kita akan makan maka ucapkanlah bismillah atau bismillahirrahmanirrahim, tidak kita lupakan hal ini selama-lamanya.
Jika engkau selalu lupa mengucap bismillah, maka syaitan akan menjadi semakin besar dan sangat gemuk, dan ia akan semakin kuat menggoda dan membisikimu untuk mencelakakanmu,namun
jika engkau selalu mengucapkan bismillah maka syaitan akan semakin lemah dan semakin tidak berdaya mengecohmu, dan ketika selesai makan ucapkanlah Alhamdulillah 3 x, walaupun cuma sekali cukup, namun jika engakau mengulanginya sebanyak 3 kali maka Allah akan menambah kemuliaan untukmu.
Semoga Allah subhanahu wata’ala menolong kita untuk selalu berada dalam sesuatu yang dicintai dan diridhai-Nya, amin.
RASULULLAH DAN TUKANG BATU
Diriwayatkan pada saat itu Rasulullah baru tiba dari Tabuk, peperangan dengan bangsa Romawi yang kerap menebar ancaman pada kaum muslimin. Banyak sahabat yang ikut beserta Nabi dalam peperangan ini. Tidak ada yang tertinggal kecuali orang-orang yang berhalangan dan uzur.
Saat mendekati kota Madinah, di salah satu sudut jalan, Rasulullah berjumpa dengan seorang tukang batu. Ketika itu Rasulullah melihat tangan buruh tukang batu tersebut melepuh, kulitnya merah kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari.
Sang manusia Agung itupun bertanya, “Kenapa tanganmu kasar sekali?”
Si tukang batu menjawab, ”Ya Rasulullah, pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, dan belahan batu itu saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk memberi nafkah keluarga saya, karena itulah tangan saya kasar.”
Rasulullah adalah manusia paling mulia, tetapi orang yang paling mulia tersebut begitu melihat tangan si tukang batu yang kasar karena mencari nafkah yang halal, Rasulpun menggenggam tangan itu, dan menciumnya seraya bersabda,
”Hadzihi yadun la tamatsaha narun abada”, 'inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya'.
Rasulullahl tidak pernah mencium tangan para Pemimpin Quraisy, tangan para Pemimpin Khabilah, Raja atau siapapun. Sejarah mencatat hanya putrinya Fatimah Az Zahra dan tukang batu itulah yang pernah dicium oleh Rasulullah. Padahal tangan tukang batu yang dicium oleh Rasulullah justru tangan yang telapaknya melepuh dan kasar, kapalan, karena membelah batu dan karena kerja keras.
Suatu ketika seorang laki-laki melintas di hadapan Rasulullah. Orang itu di kenal sebagai pekerja yang giat dan tangkas. Para sahabat kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, andai bekerja seperti dilakukan orang itu dapat digolongkan jihad di jalan Allah (Fi sabilillah), maka alangkah baiknya.” Mendengar itu Rasul pun menjawab, “Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, maka itu fi sabilillah, kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu fi sabilillah.” (HR Thabrani)
Orang-orang yang pasif dan malas bekerja, sesungguhnya tidak menyadari bahwa mereka telah kehilangan sebagian dari harga dirinya, yang lebih jauh mengakibatkan kehidupannya menjadi mundur. Rasulullah amat prihatin terhadap para pemalas.
”Maka apabila telah dilaksanakan shalat, bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (QS. Al-Jumu’ah 10)
”Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi ini”. (QS Nuh19-20)
”Siapa saja pada malam hari bersusah payah dalam mencari rejeki yang halal, malam itu ia diampuni”. (HR. Ibnu Asakir dari Anas)
”Siapa saja pada sore hari bersusah payah dalam bekerja, maka sore itu ia diampuni”. (HR. Thabrani dan lbnu Abbas)
”Tidak ada yang lebih baik bagi seseorang yang makan sesuatu makanan, selain makanan dari hasil usahanya. Dan sesungguhnya Nabiyullah Daud, selalu makan dan hasil usahanya”. (HR. Bukhari)
”Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”. Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Bersusah payah dalam mencari nafkah.” (HR. Bukhari)
”Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, maka sama dengan pejuang dijalan Allah ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad)
RASULULLAH DAN YAHUDI PENCURI
Seorang Yahudi mencuri di pasar, semua berusaha mengejar pencuri itu. Rasulullah SAW baru saja datang ke pasar, Beliau SAW melihat seorang Yahudi dikejar oleh banyak orang. Rasulullah SAW ikut mengejar Yahudi itu.
Rasulullah berfikir apabila Yahudi ini tidak memiliki kalimah Laailaahaillallaah maka ia akan celaka dan sengsara selama-lamanya. Si Yahudi pencuri itu berlari sangat cepat semua orang tidak ada yang sanggup mengejarnya kecuali Rasulullah SAW. Pencuri itu terus lari dan Rasulullah SAW terus mengejarnya.
Akhirnya pencuri itu kelelahan ia berhenti berlari. Rasulullah SAW pun mendapatkannya. Pencuri itu dengan tersengal-sengal bertanya kepada Rasulullah SAW, siapakah engkau?”. Aku Rasulullah (SAW), engkau ucapkanlah Laailaahaillallaah pasti engkau akan mendapat kejayaan, jawab Rasulullah SAW.
Pencuri itu berkata lagi, kalau engkau bukan seorang Nabi pasti engkau tidak akan dapat mengejarku, maka aku bersaksi di hadapanmu tiada tuhan selain Allah dan engkau adalah utusan-Nya.
CAHAYA DI WAJAH RASULULLAH
Telah diriwayatkan dari Siti Aishah rha. bahwa ia telah berkata : ”Ketika aku sedang menjahit baju pada waktu sahur (sebelum subuh) maka jatuhlah jarum dari tanganku, kebetulan lampu pun padam, lalu masuklah Rasulullah SAW. Ketika itu juga aku dapat mengutip jarum itu kerana cahaya wajahnya, lalu aku berkata, ”Ya Rasulullah alangkah bercahayanya wajahmu! Seterusnya aku bertanya: ”Siapakah yang tidak akan melihatmu pada hari kiamat?” Jawab Rasulullah SAW: ”Orang yang bakhil.” Aku bertanya lagi: ”Siapakah orang yang bakhil itu?” Jawab baginda : ”Orang yang ketika disebut namaku di depannya, dia tidak mengucap shalawat ke atasku.”
KISAH NABI SAW (RUMAH TANGGA SAKINAH)
Suatu hari, Nabi SAW kembali dari medan jihad fi sabilillah, diiringi oleh para sahabatnya. Sampai depan gerbang kota Madinah tampak istri nabi, Aisyah sudah menunggunya. Rindu pada suaminya, Nabi SAW sudah sangat terasa. Akhirnya Nabi SAW beserta rombongan sampailah di kota Madinah. Aisyah dengan gembira menyambut kedatangan suami tercinta.
Tibalah Nabi Muhammad SAW di rumah untuk istirahat melepas lelah. Aisyah di rumah tengah sibuk membuat minuman untuk Nabi SAW, sang suami. Kemudian minuman itu pun diberikan kepada Nabi SAW. Beliau meminumnya perlahan sampai hampir menghabiskan minuman yang dibuat istrinya itu. Tiba-tiba Aisyah berkata “Yaa Rasulullah biasanya engkau memberi sebagian minuman untukku, tapi mengapa hari ini tidak kau berikan gelas itu?”
Muhammad SAW diam dan hendak meneruskan minum air di gelas itu. Dan Aisyah bertanya lagi, “Ya Rasulullah biasanya engkau memberikan sebagian minuman kepadaku tapi mengapa hari ini tidak engkau berikan gelas itu?”
Akhirnya Muhammad SAW memberikan sebagian air yang tersisa di gelas itu. Aisyah meminum air itu, dan ia begitu kaget… lantas memuntahkan air itu. Ternyata terasa asin!
Subhanallah, inilah keluhuran budi pekerti Muhammad SAW. Dalam keadaan lelah pun, meskipun istrinya memberi minuman asin, beliau tidak marah-marah. Bahkan, sedianya Rasulullah hendak menyembunyikan kesalahan istrinya dengan menghabiskan seluruh minumannya.
Hikmah kisah yang yang mesti kita ambil dalam kisah Nabi SAW tersebut di atas adalah: Agar para suami selalu menghargai istri, meskipun istri berbuat salah (apalagi benar).
Agar para suami tidak lekas marah kepada istrinya, jaga keharmonisan selalu.
Agar para istri menghormati suami dan memberikan layanan yang baik, meskipun hanya dengan segelas minuman.
KISAH GADIS KECIL BERSAMA RASULULLAH SAAT IDUL FITRI
Kisah ini terjadi di Madinah, pada suatu pagi Hari Raya Idul Fitri. Rasulullah Saw, seperti biasa tiap hari lebaran, mengunjungi rumah demi rumah untuk mendo’akan kaum Muslim agar merasa gembira dan bahagia pada hari raya itu.
Semua terlihat merasa gembira dan bahagia, terutama anak-anak. Mereka bermain sambil berlari-lari ke sana ke mari dengan mengenakan pakaian yang bagus serta mainan-mainan ditanganya. Namun, tiba-tiba Rasulullah Saw melihat di sebuah sudut jalan ada seorang gadis kecil sedang duduk bersedih sambil menangis . Ia memakai pakaian yang sangat lusuh serta rambut yang acak-acakan dan sepatu yang telah usang.
Rasulullah pun bergegas menghampirinya. Gadis kecil itu menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya, lalu menangis tersedu-sedu.
Rasul kemudian meletakkan tangannya dengan penuh kasih sayang di atas kepala gadis kecil tersebut, lalu bertanya dengan suaranya yang lembut: “Anakku, mengapa kamu menangis? Hari ini adalah hari raya bukan?”
Gadis kecil itu terkejut. Tanpa berani mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang bertanya, perlahan-lahan ia menjawab sambil bercerita:
“Pada hari raya yang suci ini semua anak menginginkan agar dapat merayakannya bersama orang tuanya dengan berbahagia. Anak-anak bermain dengan riang gembira. Aku lalu teringat pada ayahku, itu sebabnya aku menangis. Ketika itu hari raya terakhir bersamanya. Ia membelikanku sebuah gaun berwarna hijau dan sepatu baru. Waktu itu aku sangat bahagia. Lalu suatu hari ayahku pergi berperang bersama Rasulullah Saw. Ia berjuang bersama Rasulullah Saw bahu-membahu dan kemudian ia meninggal. Sekarang ayahku tidak ada lagi. Aku telah menjadi seorang anak yatim. Jika aku tidak menangis untuknya, lalu siapa lagi?”
Setelah Rasulullah mendengar cerita itu, seketika hatinya diliputi kesedihan yang mendalam. Dengan penuh kasih sayang ia membelai kepala gadis kecil itu sambil berkata: “Anakku, hapuslah air matamu… Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang akan kukatakan kepadamu…. Apakah kamu ingin agar aku menjadi ayahmu? …. Dan apakah kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu…. dan Aisyah menjadi ibumu…. Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini?”
Begitu mendengar kata-kata itu, gadis kecil itu langsung berhenti menangis. Ia memandang dengan penuh takjub orang yang berada tepat di hadapannya. Masya Allah! Benar, ia adalah Rasulullah Saw, orang tempat ia baru saja mencurahkan kesedihannya dan menumpahkan segala gundah di hatinya.
Gadis yatim kecil itu sangat tertarik pada tawaran Rasulullah, namun entah mengapa ia tidak bisa berkata sepatah kata pun. Ia hanya dapat menganggukkan kepalanya perlahan sebagai tanda persetujuannya.
Gadis yatim kecil itu lalu bergandengan tangan dengan Rasulullah Saw menuju ke rumah. Hatinya begitu diliputi kebahagiaan yang sulit untuk dilukiskan, karena ia diperbolehkan menggenggam tangan Rasulullah yang lembut itu.
Sesampainya di rumah Rasulullah, wajah dan kedua tangan gadis kecil itu lalu dibersihkan dan rambutnya disisir oleh beliau. Semua memperlakukannya dengan penuh kasih sayang.
Gadis kecil itu lalu dipakaikan gaun yang indah dan diberikan makanan, juga uang saku untuk hari raya. Lalu ia diantar keluar, agar dapat bermain bersama anak-anak lainnya.
Anak-anak lain merasa iri pada gadis kecil dengan gaun yang indah dan wajah yang berseri-seri itu. Mereka merasa keheranan, lalu bertanya: “Gadis kecil, apa yang telah terjadi? Mengapa kamu terlihat sangat gembira?”
Sambil menunjukkan gaun baru dan uang sakunya gadis kecil itu menjawab:
“Akhirnya aku memiliki seorang ayah! Di dunia ini, tidak ada yang bisa menandinginya! Siapa yang tidak bahagia memiliki seorang ayah seperti Rasulullah? Aku juga kini memiliki seorang ibu, namanya Aisyah, yang hatinya begitu mulia. Juga seorang kakak perempuan, namanya Fatimah. Ia menyisir rambutku dan mengenakanku gaun yang indah ini. Aku merasa sangat bahagia, dan ingin rasanya aku memeluk seluruh dunia beserta isinya.”
KUCING KESAYANGAN RASULULLAH
Diceritakan dalam suatu kisah, Nabi Muhammad SAW memiliki seekor kucing yang diberi nama Mueeza. Suatu saat, dikala nabi hendak mengambil jubahnya, di temuinya Mueeza sedang terlelap tidur dengan santai diatas jubahnya. Tak ingin mengganggu hewan kesayangannya itu, nabi pun memotong belahan lengan yang ditiduri Mueeza dari jubahnya. Ketika Nabi kembali ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk sujud kepada majikannya. Sebagai balasan, nabi menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut ke badan mungil kucing itu sebanyak 3 kali.
Dalam aktivitas lain, setiap kali Nabi menerima tamu di rumahnya, nabi selalu menggendong mueeza dan di taruh dipahanya. Salah satu sifat Mueeza yang nabi sukai ialah ia selalu mengeong ketika mendengar azan, dan seolah-olah suaranya terdengar seperti mengikuti lantunan suara adzan.
Kepada para sahabatnya, nabi berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan, layaknya menyanyangi keluarga sendiri.
Hukuman bagi mereka yang menyakiti hewan lucu ini sangatlah serius, dalam sebuah hadist shahih Al Bukhori, dikisahkan tentang seorang wanita yang tidak pernah memberi makan kucingnya, dan tidak pula melepas kucingnya untuk mencari makan sendiri, Nabi SAW pun menjelaskan bahwa hukuman bagi wanita ini adalah siksa neraka.
Tak hanya nabi, istri nabi sendiri, Aisyah binti Abu Bakar Ash Shiddiq pun amat menyukai kucing, dan merasa amat kehilangan dikala ditinggal pergi oleh si kucing. Seorang sahabat yang juga ahli hadist, Abdurrahman bin Sakhr Al Azdi diberi julukan Abu Hurairah (bapak para kucing jantan), karena kegemarannya dalam merawat dan memelihara berbagai kucing jantan dirumahnya.
NASEHAT RASULULLAH PADA PUTRINYA
” Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra, sesungguhnya dia berkata: Pada suatu hari Rasulullah saw datang kepada puterinya, Fathimatuz Zahra’. Beliau dapati Fathimah sedang menumbuk gandum di atas lumping (batu/kayu penggiling), sambil menangis. Kemudian Rasul berkata kepadanya: “Apakah yang membuatmu menangis wahai Fathimah? Allah tiada membuat matamu menangis. “Fathimah kemudian menjawab: ” Wahai ayahanda, aku menangis karena batu penggiling ini dan kesibukanku dalam rumah”.
Kemudian Nabi duduk di sampingnya. Dan Fathimah berkata lagi:
“Wahai ayahanda, atas keutamaan engkau, mintalah kepada Ali agar dia membelikan bujang untukku supaya dapat membantuku menumbuk gandum dan menyelesaikan urusan rumah.
Kemudian Nabi berkata kepada puterinya, Fathimah: “Kalau Allah menghendaki wahai Fathimah, tentu lumpang itu akan menggilingkan gandum untukmu. Akan tetapi Allah menghendaki agar ditulis beberapa kebaikan untukmu, menghapuskan keburukan-keburukan serta hendak mengangkat derajatmu
Wahai Fathimah, barangsiapa orang perempuan yang menumbukkan (gandum) untuk suami dan anak-anaknya, pasti Allah akan menuliskan untuknya setiap satu biji, satu kebaikan serta menghapuskan darinya setiap satu biji satu keburukan. Dan bahkan Allah akan mengangkat derajatnya.
Wahai Fathimah, barang siapa orang perempuan berkeringat manakala menumbuk (gandum) untuk suamiya. Tentu Allah akan menjadikan antara dia dan neraka tujuh khonadiq (lubang yang panjang).
Wahai Fathimah, manakala seorang perempuan mau meminyaki kemudian menyisir anak-anaknya serta memandikan mereka, maka Allah akan menuliskan pahala untuknya dari memberi makan seribu orang lapar dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.
Wahai Fathimah, bilamana seorang perempuan menghalangi (tidak mau membantu) hajat tetangganya, maka Allah akan menghalanginya minum dari telaga “Kautsar” kelak di hari Kiamat.
Wahai Fathimah, lebih utama dari itu adalah kerelaan suami terhadap istrinya. Kalau saja suamimu tidak rela terhadap engkau, maka aku tidak mau berdo’a untukmu. Apakah engkau belum mengerti wahai Fathimah, sesungguhnya kerelaan suami adalah perlambang kerelaan Allah sedang kemarahannya pertanda kemurkaan-Nya.
Wahai Fathimah, manakala seorang perempuan mengandung janin dalam perutnya, maka sesungguhnya malaikat-malaikat telah memohonkan ampun untuknya, dan Allah menuliskan untuknya setiap hari seribu kebaikan serta menghapuskan darinya seribu keburukan. Manakala dia menyambutnya dengan senyum, maka Allah akan menuliskan untuknya pahala para pejuang. Dan ketika dia telah melahirkan kandungannya, maka berarti dia ke luar dari dosanya bagaikan di hari dia lahir dari perut ibunya.
Wahai Fathimah, manakala seorang perempuan berbakti kepada suaminya dengan niat yang tulus murni, maka dia telah keluar dari dosa-dosanya bagaikan di hari ketika dia lahir dari perut ibunya, tidak akan keluar dari dunia dengan membawa dosa, serta dia dapati kuburnya sebagai taman diantara taman-taman surga.Bahkan dia hendak diberi pahala seribu orang haji dan seribu orang umrah dan seribu malaikat memohonkan ampun untuknya sampai hari kiamat. Dan barangsiapa orang perempuan berbakti kepada suaminya sehari semalam dengan hati lega dan penuh ikhlas serta niat lurus, pasti Allah akan mengampuni dosa-dosanya serta memakaikan kepadanya pakaian hijau (dari surga) kelak di hari Kiamat, serta menuliskan untuknya setiap sehelai rambut pada badannya seribu kebaikan, dan Allah akan memberinya (pahala) seratus haji dan umrah.
Wahai Fathimah, manakala seorang perempuan bermuka manis di depan suaminya, tentu Allah akan memandanginya dengan pandangan’rahmat’.
Wahai Fathimah, bilamana seorang perempuan menyelimuti suaminya dengan hati yang lega, maka ada Pemanggil dari langit memanggilnya”mohonlah agar diterima amalmu. Sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu maupun yang belum lewat”. Wahai Fathimah, setiap perempuan yang mau meminyaki rambut dan jenggot suaminya, mencukur kumis dan memotongi kukunya, maka Allah akan meminuminya dari ‘rahiqil makhtum dan sungai surga, memudahkannya ketika mengalami sakaratil maut, juga dia hendak mendapati kuburnya bagaikan taman dari pertamanan surga, serta Allah menulisnya bebas dari neraka serta lulus melewati shirat”.
NABI KIDIR DENGAN RASULULLAH
Ketika Rasulullah saw sedang berada didalam masjid, beliau mendengar orang berdoa, ”Ya Allah, tolonglah aku atas apa yang bisa menyelamatkan aku dari apa yang paling kutakuti”.
Lalu Rasulullah bersabda, ”Mengapa orang itu tidak menyertakan pasangan doa’nya yang seperti ini, Ya Allah berilah kepadaku kerinduan orang-orang shalih yang paling mereka rindukan”.
Kemudian Rasulullah saw menyuruh sahabatnya Anas untuk menyampaikan pasangan do’a tersebut kepada orang yang sedang berdo’a tadi.
Setelah Anas menyampaikan kepada orang tersebut perihal pasangan do’a dari Rasulullah saw, maka orang itu berkata, ”Ya Anas, katakan kepada Rasulullah saw bahwa Allah telah memberi kelebihan karunia kepadanya diatas para nabi seperti kelebihan kepada ummatnya di atas ummat para nabi lain, seperti kelebihan bulan Ramadhan atas bulan-bulan lainnya dan memberi kelebihan hari Jum’at atas hari-hari yang lain.
Anas terperanjat pada saat lelaki itu menoleh ke arah Anas, karena yang nampak adalah Khidir as.
Lalu orang itu berdo’a, ”Ya Allah, jadikanlah aku termasuk golongan ummat yang dimuliakan ini”.
KISAH RASULULLAH DAN UKASYAH RA
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa setelah dekat waktu wafatnya, Rasulullah memerintahkan Bilal supaya adzan. Memanggil manusia untuk sholat berjama’ah. Maka berkumpulah kaum Muhajirin dan Anshor ke Masjid Rasulullah SAW.
Setelah selesai sholat dua raka’at yang ringan kemudian beliau naik ke atas mimbar lalu mengucapkan puji dan sanjung kepada Allah SWT, dan kemudian beliau membawakan khutbahnya yang sangat berkesan, membuat hati terharu dan menangis mencucurkan air mata.
Beliau berkata antara lain :
” Sesungguhnya saya ini adalah Nabimu, pemberi nasihat dan da’i yang menyeru manusia ke jalan Allah dengan izin-Nya. Aku ini bagimu bagaikan saudara yang penyayang dan bapak yang pengasih. Siapa yang
merasa teraniaya olehku di antara kamu semua, hendaklah dia bangkit berdiri sekarang juga untuk melakukan qishas kepadaku sebelum ia melakukannya di hari Kiamat nanti”
Sekali dua kali beliau mengulangi kata-katanya itu, dan pada ketiga kalinya barulah berdiri seorang laki-laki bernama ‘Ukasyah Ibnu Muhsin’.
Ia berdiri di hadapan Nabi s.a.w sambil berkata :
“Ibuku dan ayahku menjadi tebusanmu ya Rasullah. Kalau tidaklah karena engkau telah berkali-kali menuntut kami supaya berbuat sesuatu atas dirimu, tidaklah aku akan berani tampil untuk memperkenankannya sesuai
dengan permintaanmu. Dulu, aku pernah bersamamu di medan perang Badar sehingga untaku berdampingan sekali dengan untamu, maka aku pun turun dari atas untaku dan aku menghampiri engkau, lantas aku pun mencium paha engkau. Kemudian engkau mengangkat cambuk memukul untamu supaya
berjalan cepat, tetapi engkau sebenarnya telah memukul lambung-sampingku, saya tidak tahu apakah itu dengan engkau sengaja atau tidak ya…Rasul Allah, ataukah barangkali maksudmu dengan itu
hendak melecut untamu sendiri ?”
Kemudian Nabi menyuruh Bilal supaya pergi ke rumah Fatimah, ” Supaya Fatimah memberikan kepadaku cambukku ” kata beliau
Bilal segera ke luar Masjid dengan tangannya diletakkannya di atas kepalanya. Ia heran dan tak habis pikir, “Inilah Rasulullah memberikan kesempatan mengambil qishas terhadap dirinya!”
Diketoknya pintu rumah Fatimah yang menyahut dari dalam : “Siapakah diluar?”, “Saya datang kepadamu untuk mengambil cambuk Rasullah” jawab Bilal.
” Duhai bilal, apakah yang akan dilakukan ayahku dengan cambuk ini?”tanya Fatimah kepada Bilal.
“Ya Fatimah ! Ayahmu memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengambil qishas terhadap dirinya ” Bilal menegaskan.
“Siapakah pula gerangan orang itu yang sampai hati mengqishas Rasulullah ?” tukas Fatimah keheranan. Biarlah hamba saja yang menjadi ganti untuk dicambuk.
Bilal pun mengambil cambuk dan membawanya masuk Masjid, lalu diberikannya kepada Rasulullah, dan Rasulullah pun menyerahkannya ke tangan ‘Ukasyah
Suasana mulai tegang… Semua sahabat bergerak…. Semua berdiri….
Jangankan dicambuk, dicolek saja, ia akan berhadapan dengan kami. Mungkin begitu mereka bicara dalam hati. Semua mata melotot memandang Ukasyah dan sebilah cambuk.
Saat itulah, Abu Bakar dan Umar r.a. bicara, “Hai ‘Ukasyah ! kami sekarang berada di hadapanmu, pukul qishas-lah kami berdua, dan jangan sekali-kali engaku pukul Rasulullah SAW !”
Mungkin saat itu Umar meraba pedangnya. Seandainya saja, diizinkan akan aku penggal kepala orang yang menyakiti Rasulullah.
Rasulullah menahan dua sahabatnya. Berkata sang pemimpin yang dicintai ini : “Duhai sahabatku, Duduklah kalian berdua, Allah telah mengetahui kedudukan kamu berdua!”
Kemudian berdiri pula Ali bin Abi Tholib sambil berkata. Kali ini lebih garang dari sahabat Abu Bakar : ” Hai Ukasyah! Aku ini sekarang masih hidup di hadapan Nabi s.a.w. Aku tidak sampai hati melihat kalau
engkau akan mengambil kesempatan qishas memukul Rasulullah. Inilah punggungku, maka qishaslah aku dengan tangnmu dan deralah aku dengan tangan engkau sendiri!”
Ali tampil ke muka. Memberikan punggungnya dan jiwa serta cintanya buat orang yang dicintainya. Subhanallah… ia tak rela sang Rasul disakiti. Ia merelakan berkorban nyawa untuk sang pemimpin.
Nabi pun menahan. ” Allah swt telah tahu kedudukanmu dan niatmu, wahai Ali !”
Ali surut, bergantianlah kemudian tampil dua kakak beradik, Hasan dan Husein. ” Hai Ukasyah ! Bukankah engkau telah mengetahui, bahwa kami berdua ini adalah cucu kandung Rasulullah, dan qishaslah kami dan itu
berarti sama juga dengan mengqishas Rasulullah sendiri !”
Tetapi Rasulullah menegur pula kedua cucunya itu dengan berkata “Duduklah kalian berdua, duhai penyejuk mataku!”
Dan akhirnya Nabi berkata : “Hai ‘Ukasyah ! pukullah aku jika engkau berhasrat mengambil qishas!”
“Ya Rasul Allah ! sewaktu engkau memukul aku dulu, kebetulan aku sedang tidak lekat kain di badanku” Kata Ukasyah. kembali suasana semakin panas dan tegang. Semua orang berpikir, apa maunya si Ukasyah ini. Sudah berniat mencambuk Rasul, ia malah meminta Rasul membuka baju. “Kurang ajar sekali si Ukasyah ini. Apa maunya ini orang…”
Tanpa bicara…. Tanpa kata… Rasulullah membuka bajunya. Semua yang hadir menahan napas… Banyak yang berteriak sambil menangis… Tak terkecuali…. Termasuk Ukasyah… Ada yang tertahan di dadanya. Ia segera maju melangkah, melepas cambuknya dan…
Kejadian selanjutnya tatkala ‘Ukasyah melihat putih tubuh Rasulullah dan tanda kenabian di punggungnya, ia segera mendekap tubuh Nabisepuas-puasnya sambil berkata : “Tebusanmu adalah Rohku ya Rasulallah, siapakah yang tega sampai hatinya untuk mengambil kesempatan mengqishas engkau ya Rasul Allah ? Saya sengaja berbuat demikian hanyalah karena berharap agar supaya tubuhku dapat menyentuh tubuh
engkau yang mulia, dan agar supaya Allah SWT dengan kehormatan engkau dapat menjagaku dari sentuhan api neraka”
Akhirnya berkatalah Nabi saw “Ketahuilah wahai para sahabat ! barang siapa yang ingin melihat penduduk surga, maka melihatlah kepada pribadi laki-laki ini!”
Lantas bangkit berdirilah kaum Muslimin beramai-ramai mencium ‘Ukasyah di antara kedua matanya. Rasa curiga berubah cinta. Buruk sangka berubah bangga. Berkatalah mereka : “Berbahagialah engkau yang telah
mencapai derajat yang tinggi dan menjadi teman Rasulullah SAW di surga kelak.
DAHSYATNYA SUARA RASULULLAH (PART 1)
Istri Beliau, Rasulullah SAW yang bernama Aisyah, pernah menceritakan bahwa pada suatu ketika, tepatnya pada hari Jumat, Rasulullah SAW sedang duduk di atas mimbar di masjid. Ketika itu Rasulullah SAW bersabda kepada para manusia,
”Duduklah kalian.”
Sabda Rasulullah yang demikian itu ternyata tidak hanya didengar oleh orang-orang yang berada di masjid itu saja, akan tetapi didengar pula oleh Abdullah bin Rawahah yang pada saat itu sedang berada di wilayah Bani Graham. Saat itu Abdullah bin Rawahah pun langsung duduk di tempat yang jaraknya cukup jauh dari masjid itu. Padahal saat itu belum ada pengeras suara seperti saat ini.
Dalam riwayat lainnya, Abdurrahman bin Mu'adz yang juga termasuk salah satu sahabat Rasulullah SAW menceritakan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW sedang menceramahi para sahabat-sahabatnya di Mina.
Rasulullah SAW bersabda,
”Bawalah kerikil untuk melempar.”
Demikian ucap Rasulullah SAW ketika membimbing para sahabat untuk beribadah.
Sementara itu Abdurrahman sendiri ketika itu berada jauh dari Rasulullah SAW, namun ia bisa mendengar suara beliau ketika mengajari para sahabat tentang tata cara beribadah.
Tidak hanya itu, pada suatu ketika, Bara bercerita bahwa Rasulullah SAW pernah berceramah kepadanya dan para sahabat di sekelilingnya. Namun suara Rasulullah SAW ketika itu ternyata mampu didengar oleh para muslimah yang berada dalam kamar pingitan mereka.
DAHSYATNYA SUARA RASULULLAH (PART 2)
Pengalaman lainnya mengenai suara Rasulullah juga diungkapkan oleh Ummu Hani. Ia menuturkan bahwa pada suatu malam ketika dirinya sedang membaringkan punggung di rumahnya. Suasana ketika itu cukup sepi, namun tiba-tiba ia mendengar suara Rasulullah SAW. Ummu Hani merasa heran, dari itu ia mencoba mencari-cari Rasulullah SAW di rumahnya. Namun ternyata Rasulullah SAW tidak ada di rumahnya saat itu.
Pada saat yang bersamaan, ternyata Rasulullah SAW ketika itu sedang berada di sisi Kabah. Sedangkan rumah Ummu Hani dan Kabah memiliki jarak yang cukup jauh sekali.
Ummu Hani menceritakan apa yang disabdakan Nabi adalah sebagai berikut.
Rasulullah SAW bersabda,
”Wahai orang-orang yang beriman, dengan lidahnya dan tak memurnikan keimanan dari hatinya, janganlah kalian memfitnah kaum muslimin dan janganlah kalian mencari-cari cacatnya. Dan barang siapa yang cacatnya dicari-cari oleh Allah SWT, maka Dia akan membuka kejelekan di tengah rumahnya.”
Subhanallah...
Ucapan Rasulullah SAW tersebut mampu menembus dinding pembatas rumah-rumah para penduduk ketika itu. Sehingga banyak muslimah yang berada di dalam kamarnya juga mampu mendengar apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW tersebut, termasuk Ummu Hani. Padahal jarak mereka dengan Rasulullah SAW cukup jauh dan tidak ada pengeras suara.
Subhanallah....
DIALOG MALAIKAT JIBRIL DAN RASULULLAH TENTANG NERAKA
Nabi Muhammad SAW suatu ketika didatangi oleh Malaikat Jibril yang akan menurunkan wahyu dari Allah SWT mengenai neraka dan pintu-pintunya. Rasulullah SAW kemudian meminta Malaikat Jibril untuk menyebutkan golongan umat yang kelak akan melewati pintu-pintu itu.
”Wahai Jibril, siapakah yang akan menempati pintu pertama?” tanya Rasulullah SAW.
”Pintu pertama dinamakan Hawiyah, yang diperuntukkan bagi kaum munafik dan kafir,” jawab Malaikat Jibril.
Rasulullah SAW Sangat Sedih.
”Lalu siapakah yang akan melewati pintu kedua? tanya Rasul kembali.
”Pintu kedua dinamakan Jahim, yang diperuntukkan bagi kaum musyrikin,” jelas Malaikat jibril.
”Bagaimana dengan pintu ketiga?” tanya Rasulullah SAW kembali.
”Pintu ketiga dinamakan Saqar, yang diperuntukkan bagi kaum Shobiin atau kaum penyembah api,” jawab Malaikat Jibril.
”Selanjutnya pintu keempat untuk siapa?” tanya Rasulullah SAW.
”Pintu keempat dinamakan Ladha, untuk iblis dan pengikutnya,” jawab Jibril.
Rasulullah SAW terdiam sejenak, ia berharap tidak ada satu pintu neraka yang diperuntukkan bagi umatnya.
”Kemudian pintu kelima dan keenam untuk siapa?” kata Rasululah SAW.
”Pintu kelima dinamakan Huthomah, diperntukkan bagi Yahudi, sedangkan pintu keenam dinamakan Sa'ir untuk kaum kafir,” jelas Malaikat Jibril.
”Wahai Jibril, sekarang ceritakanlah kepadaku tentang pintu neraka yang ke tujuh itu?” pinta Rasulullah SAW. Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Malaikat Jibril sejenak diam seperti ragu hendak menceritakannya. Akan tetapi karena Rasululah SAW terus mendesaknya, maka Malaikat Jibril tak kuasa menolaknya.
”Ya Rasulullah, pintu ke tujuh itu diperuntukkan bagi umatmu yang berdosa besar dan meninggal dunia sebelum mengucapkan tobat,” jelas Malaikat Jibril yang sedikit ketakutan.
Begitu mendengar penjelasan yang terkahir ini, Rasulullah SAW langsung pingsan seketika itu juga. Beliau tak menyangka bahwa umatnya pun disediakan tempat di neraka. Setelah sadar dari pingsannya, Rasululah SAW masih tampak sedih sekali. Beliau tidak dapat menahan air matanya yang mengalir deras.
”Wahai Jibril, aku sangat sedih sekali mendengar penjelasanmu. Apakah ada umatku nanti yang akan masuk ke pintu ke tujuh itu?” tanya Rasulullah SAW dengan kesedihan yang mendalam. Dan ternyata Malikat Jibril mengangguk yang berarti memang ada dari umat Nabi Muhammad yang masuk ke neraka melalui pintu ke tujuh. Namun, hanya umat Nabi Muhammad SAW yang melakukan dosa besar dan mati sebelum bertobat saja yang akan melewati pintu ke tujuh itu.
Selama beberapa hari setelah kedatangan Malaikat Jibril itu, Rasulullah SAW tidak berbicara dengan orang lain. Beliau hanya mengurung diri di rumahnya. Beliau hanya keluar rumah kalau ke masjid ketika tiba waktu shalat, setelah shalat Beliau kembali mengurung diri di rumah.
Para sahabat yang melihatnya pun juga turut sedih dan meneteskan air mata. Mereka kemudian berkunjung ke rumah RasulullahSAW dan menanyakan perihal perasaan sedih yang dialami.
”Ya Rasululah, mengapa engkau tampak sangat sedih sekali,” tanya salah seorang sahabat.
”Wahai sahabatku, sesungguhnya Jibril telah datang kepadaku dan menyampaikan wahyu tentang neraka yang memiliki tujuh pintu,” ujar Rasulullah SAW.
”Ya Rasulullah, adakah salah satu pintu untuk kami semua?” tanya sahabat.
Dengan menitikkan air mata, Rasululah menganggukkan kepala.
”Salah satu pintu itu diperuntukkan bagi umatku yang mnelakukan dosa besar dan mati sebelum betobat kepada Allah SWT,” ujar Rasulullah SAW.
Setelah sejenak terdiam, Rasulullah SAW melanjutkan penuturannya.
”Oleh karena itu, janganlah sekali-kali terpengaruh oleh tipu daya iblis, karena ia adalah musuh yang nyata dan akan menjerumuskan ke neraka,” lanjut Rasulullah SAW kepada para sahabatnya.
RASULULLAH MEMBELAH BULAN
Jumlah orang-orang mukmin terus bertambah seiring berjalannya waktu. Sementara itu, orang-orang jahat tidak juga menghentikan kekejaman mereka. Mereka bahkan terus menantang Rasulullah SAW.
Pada suatu hari, orang-orang kafir kembali mengelilingi Rasulullah SAW. Mereka punya rencana baru untuk menyudutkan beliau. Mereka meminta Rasul SAW melakukan sesuatu yang menurut mereka mustahil untuk dilakukan. Nanti saat melihat beliau tidak bisa melakukannya, mereka akan mengolok-olok beliau.
”Kalau engkau memang seorang nabi, tunjukkan mukjizat kepada kami. Misalnya, belahlah bulan purnama di atas kepala kita menjadi dua. Letakkan yang sebelah di atas gunung ini dan sebelah lagi di atas gunung itu,” kata orang-orang kafir.
”Kalau aku dapat melakukannya apakah kalian akan percaya padaku?” tanya Rasul SAW.
Allah Yang Maha Tinggi memberikan kekuasaan kepada Rasulullah SAW untuk menunjukkan mukjizat seperti yang telah Dia berikan kepada nabi-nabinya terdahulu. Jika Rasulullah SAW mau, beliau bisa berdoa kepada Allah SWT dan atas izin-Nya, banyak peristiwa luar biasa yang akan terjadi. Namun, beliau ingin agar orang-orang berfikir dan menemukan jalan yang benar dengan pikiran mereka sendiri.
Saat itu, Rasulullah SAW yang terlihat semakin rupawan di bawah sinar rembulan, terlebih dahulu berdoa agar orang-orang sesat itu menemukan jalan yang benar. Kemudian beliau mengarahkan telunjuknya ke bulan. Sinar perak dengan cahaya bintang terlihat membentang diatas mereka. Rasulullah SAW membuat garis dari bagian atas bulan hingga ke bawah.
Kala itu, tak seorang pun terlihat percaya atau memperhatikan secara penuh apa yang sedang terjadi. Setelah ditunjuk oleh Rasul SAW, bulan pun terbelah menjadi dua.
Subhanallah.....Sungguh luar biasa.
Setengah dari bulan itu berada di atas gunung yang satu dan setengahnya lagi di atas gunung yang lainnya. Allah Maha Besar. Allah Maha Tinggi sudah membelah bulan untuk Nabi kesayangan-Nya itu.
Nabi pun berulang-ulang mengatakan kepada orang-orang kafir,
”Saksikanlah!!, Saksikanlah!!!.”
Orang kafir pun terbelalak.
Mereka tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Mereka saling pandang setelah mengetahui hal itu. Bibir Rasulullah SAW terus menerus berzikir, bersyukur kepada Allah SWT yang sudah memberikan mukjizat itu. Saat kedua bagian bulan itu kembali menyatu, orang-orang kafir sangat terkejut dan takut.
Mereka hanya berkata,
”Ini Sihir !!!, Ini Sihir !!!”
Pagi hari setelah kejadian itu, negeri Makkah gempar. Semua orang membicarakan peristiwa ajaib tadi malam. Saat kaum muslim membicarakan keindahan peristiwa itu, orang-orang kafir malah mengatakan bahwa yang mereka lihat tadi malam adalah tidak nyata.
Beberapa orang di antara mereka berkata,
”Kita bilang saja kepadanya kalau dia hanya menunjukkan sihir kepada kita.”
Orang-orang kafir mengetahui bahwa pengaruh sihir itu tidak akan sampai jauh pengaruhnya. Jadi mereka pun memutuskan untuk bertanya kepada musafir yang datang dari jauh,apakah mereka juga melihat peristiwa bulan terbelah tadi malam. Mereka pun menunggu datangnya para musafir.
Begitu para musafir datang, para orang kafir langsung mendekati mereka dan bertanya apakah mereka juga melihat bulan terbelah menjadi dua tadi malam. Ternyata mereka juga melihat bulan terbelah menjadi dua kemudian menyatu kembali. Dengan semangat, para musafir itu menceritakan secara terperinci apa yang mereka lihat tadi malam.
Meskipun mereka sudah mendengar kesaksian para musafir, namun tetap saja orang-orang kafir tidak percaya.
Mereka mengatakan,
”Sihir Muhammad bahkan sudah mencapai langit,” kata orang-orang kafir.
Orang-orang kafir itu telah dikunci mata hatinya, meskipun sudah melihat hal yang benar-benar nyata, masih saja dia berpaling, mungkir.
Dan inilah hebatnya Rasulullah SAW, Beliau tidak pernah sombong, bahkan selalu bersyukur atas mukjizat yan terjadi, beliau tetap penuh kasih, tetap medoakan agarorang-orang kafir itu tidak keras kepala dan bersedia mengikuti ajaran yang beliau sampaikan.
DIALOG RASULULLAH DAN SAHABAT TENTANG PENYAKIT HATI
Kalau hati sudah nteracuni, banyak penyakit yang bakal muncul di kemudian hari.
Racun-racun hati itu banyak macamnya, di antaranya adalah berlebih-lebihan (banyak) bicara atau fudhulul kalam.
Dikatakan bahwa belumlah bisa istiqamah iman seseorang sebelum istiqamah lisannya. Maka lurus dan istiqamahnya hati dalam memegang keimanan itu dimulai dari lisan yang istiqamah.
Oleh karena itulah Islam mengajarkan kepada umatnya agar tidak banyak bicara tanpa disertai dzikir kepada Allah, karena akan mengakibatkan kerasnya hati. Dalam salah satu hadits shahih Rasulullah SAW pernah bicara kepada sahabat Mu'adz:
”Apakah engkau mau aku tunjukkan yang menjadi landasan itu semua (ibadah-ibadah)?”
”Baik, ya Rasulullah”, jawab Mu'adz.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: ”Cegahlah ini” (sambil mengisyaratkan dengan jarinya pada mulutnya).
Lalu mu'adz berkata:
”Ya Rasulullah, apakah kita akan dimintai tanggung jawab dari apa yang kita ucapkan?”
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: ”Kamu wahai Mu'adz, tidaklah seseorang akan ditelungkupkan wajahnya dan punggungnya ke dalam Neraka melainkan karena hasil dari lisannya.”
(Diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi).
”Ada dua lubang yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam Neraka, yaitu mulut dan kemaluan.”
(HR Ahmad, At-Tirmidzi dan di-shahih-kannya).
Dan tatkala Uqban bin Amir bertanya kepada Rasulullah: ”Ya Rasulullah, apakah sesuatu yang dapat menyelematkan kita?”
Lalu dijawab oleh Nabi : ”Tahanlah olehmu lisanmu.”
Lalu dalam kesempatan lain Rasulullah SAW bersabda:
”Barangsiapa yang dapat memberi jaminan kepadaku dari apa yang ada di antara jenggot dan kumisnya (lisan) dan kedua pahanya (kemaluan), maka aku jamin untuknya Surga.”
(HR. Al-Bukhari).
Maksud dalam hadits ini adalah, barangsiapa yang bisa memelihara apa yang ada di antara kedua bibirnya, yaitu mulut dari semua perkataan yang tidak bermanfaat dan bisa menjaga apa yang ada di antara kedua pahanya yaitu farji agar tidak diletakkan di tempat yang tidak dihalalkan Allah, maka jaminannya adalah Surga.
Kemudian dalam hadits yang lain Rasulullah SAW juga bersabda:
”Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beriman kepada hari akhirat, hendaklah berbicara yang baik atau agar ia diam.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dan dalam sutau riwayat dari Abu Hurairah Rasulullah SAW bersabda:
”Sebagian dari tanda bagusnya Islam seseorang apabila ia bisa meninggalkan ucapan yang tidak berguna baginya.” Berkata Sahl : ”Barangsiapa yang masih suka bicara yang tidak berguna maka ia tidak layak dikatakan shiddiq”.
Apalagi bila ucapan seseorang sampai menyakiti orang lain maka belum bisa dijadikan jaminan iman yang dimilikinya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
”Demi Allah, tidaklah beriman, demi Allah tidaklah beriman”, kemudian ditanyakan siapakah gerangan yang engkau maksudkan wahai Rasulullah?
Jawabnya, ”orang yang menjadikan tetangganya merasa tidak aman lantaran kejahatannya.”
Hati yang tidak mengenal dengan Rabbnya, tidak melakukan ibadah sesuai dengan apa yang diperintahkanNya, dicitaiNya dan diridhaiNya. Bahkan selalu memperturutkan nafsu dan syahwatnya serta kenikmatan dan hingar bingarnya dunia, walaupun ia tahu bahwa itu amatlah dimurkai oleh Allah dan dibenciNya.
Ia tidak pernah peduli tatkala memuaskan diri dengan nafsu syahwatnya itu diridhaiNya atau dimurkaiNya, dan ia menghambakan diri dalam segala bentuk kepada selain Allah. Apabila ia mencintai maka cintanya karena nafsunya, apabila ia membenci maka bencinya karena nafsunya, apabila ia memberi maka itu karena nafsunya, apabila ia menolak maka tolakannya atas dasar nafsunya, maka nafsunya sangat berperan dalam dirinya, dan lebih ia cintai daripada ridha Allah
Dengan demikian maka hendaklah seorang mukmin mencukupkan diri dari ucapan yang tidak berguna seperti berdusta, suka mengadu domba, ucapan yang keji, ghibah, namimah, suka mencela, bernyanyi, menyakiti orang lain dan lain sebagainya. Itu semua merupakan racun-racun hati sehingga apabila seseorang banyak melakukan seperti ini maka hati akan teracuni dan bila hati sudah teracuni maka lambat laun, cepat atau lambat akan mengakibatkan sakitnya hati, semakin banyak racunnya akan semakin parah penyakit dalam hatinya, dan kalau tidak tertolong akan mengakibatkan mati hatinya.
Ketahuilah bahwa semua maksiat dalam bentuk apapun adalah merupakan racun bagi hati, penyebab sakitnya hati bahkan juga penyebab matinya hati. Berkata Abdullah Ibnu Mubarak : ”Meninggalkan dosa dan maksiat dapat menjadikan hidupnya hati, dan sebaik-baik jiwa adalah yang mampu meniadakan perbuatan dosa dalam dirinya.
Maka barangsiapa yang menginginkan hatinya menjadi hati yang selamat hendaklah membersihkan diri dari racun-racun hati, kemudian dengan menjaganya tatkala ada racun hati yang berusaha menghampirinya, dan apabila terkena sedikit dari racun hati bersegeralah untuk menghilangkannya dengan taubat dan istighfar.
KHUTBAH TERAKHIR NABI MUHAMMAD SAW (9 zulhijjah tahun 10 H,di Lembah URANAH gunung ARAFAH)
“Wahai manusia dengarlah baik-baik apa yang hendak ku katakan !!! Aku tidak mengetahui apakah aku dapat bertemu lagi dengan kamu semua selepas tahun ini. Oleh itu dengarlah dengan teliti kata-kataku ini dan sampaikanlah ia kepada orang-orang yang tidak dapat hadir di sini pada hari ini.
Wahai manusia, sepertimana kamu menganggap bulan ini dan kota ini sebagai suci maka anggaplah jiwa dan harta setiap orang Muslim sebagai amanah suci. Kembalikan harta yang diamanahkan kepada kamu kepada pemiliknya yang berhak.
Janganlah kamu sakiti sesiapapun agar orang lain tidak menyakiti kamu pula. Ingatlah bahwa sesungguhnya kamu akan menemui Tuhan kamu dan Dia pasti akan membuat perhitungan atas segala amalan kamu. Allah telah mengharamkan riba’, oleh itu segala urusan yang melibatkan riba’ hendaklah dibatalkan mulai sekarang.
Berwaspadalah terhadap syaitan demi keselamatan agama kamu. Dia telah berputus asa untuk menyesatkan kamu dalam perkara-perkara besar maka berjaga-jagalah supaya kamu tidak mengikutinya dalam perkara-perkara kecil.
Wahai manusia, sebagaimana kamu mempunyai hak atas para isteri kamu, mereka juga mempunyai atas kamu. Sekiranya mereka menyempurnakan mereka ke atas kamu maka mereka juga berhak untuk diberi makan dan pakaian dalam suasana kasih sayang.
Layanilah wanita-wanita kamu dengan baik! dan berlemah lembutlah terhadap mereka kerana sesungguhnya mereka adalah teman dan pembantu kamu yang setia. Dan hak kamu ke atas mereka ialah mereka sama sekali tidak boleh memasukkan orang yang kamu tidak sukai ke dalam rumah kamu dan dilarang melakukan zina.
Wahai manusia, dengarlah bersungguh-sungguh kata-kataku ini. Sembahlah Allah, dirikanlah solat lima kali sehari, berpuasalah di Bulan Ramadhan, tunaikanlah zakat dan harta kekayaan kamu dan kerjakanlah ibadah haji sekiranya mampu.
Ketahuilah bahawa setiap Muslim adalah saudara kepada Muslim yang lain. Kamu semua adalah sama, tidak ada seorangpun yang lebih mulia dari yang lainnya kecuali dalam taqwa dan amal soleh.
Ingatlah bahawa kamu akan mengadap Allah pada suatu hari untuk dipertanggungjawabkan atas segala apa yang telah kamu lakukan. Oleh itu, awasilah tindak-tanduk kamu agar jangan sekali-kali kamu terkeluar dari landasan kebenaran selepas ketiadaanku.
Wahai manusia, tidak ada lagi Nabi atau Rasul yang akan datang selepasku dan tidak akan lahir agama baru. Oleh itu wahai manusia, nilailah dengan betul dan fahamilah kata-kataku yang telah disampaikan kepada kamu.
Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kamu dua perkara yang sekiranya kamu berpegang teguh dan mengikuti kedua-duanya nescaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya. Itulah Al-Quran dan Sunnahku.
Hendaklah orang-orang yang mendengar ucapanku ini menyampaikannya pula kepada orang lain dan hendaklah orang yang lain itu menyampaikannya pula kepada orang lain dan begitu seterusnya.
Semoga orang yang terakhir yang menerimanya lebih memahami kata-kataku ini dari mereka yang mendengar terus dariku. Saksikanlah Ya Allah, bahawasanya aku telah sampaikan risalah-Mu kepada hamba-hamba- Mu.
Itulah beberapa kisah RASULULLAH semoga bermanfaat bagi teman-teman semua.Saya berharap dengan membaca kisah ini,teman-teman bisa mengetahui sejarah,watak,akhlak Nabi Muhammad SAW.Dan bisa mencontoh dan meniru perilaku Nabi Muhammad SAW.sebagai umat Islam.Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar